Capaian Moh. Hasan dan Komitmennya Terhadap Transformasi Perpustakaan di Sulsel



Hari ini saya membaca tautan berita yang dikirimkan melalui grup WA terkait mutasi pejabat di lingkup pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Hal yang menyita perhatian saya, karena salah seorang anggota grup menyatakan ‘kehilangan’ sekaligus mengapresiasi atas kinerjanya selama ini dalam memimpin OPD Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK). Sosok yang saya maksud ialah Moh. Hasan Sijaya, yang beberapa bulan sebelumnya memperoleh anugerah tertinggi Nugrah Jasa Dharma Pustaloka pada malam Apresiasi Gemilang Perpustakaan Nasional RI Tahun 2022.

Sejak memimpin DPK Sulsel, ia mentransformasi ‘wajah’ perpustakaan Sulsel menjadi lebih ‘cerah’, hal ini mulai nampak dari gedung layanan perpustakaan umum yang berada di Jalan Sultan Alauddin Makassar, tepatnya depan Universitas Muhammadiyah Makassar. Tak hanya gedung itu, hampir semua dibenahi, termasuk UPT Perpustakaan Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang, Sungguminasa di Gowa. Selain itu, ia juga menghadirkan Perpustakaan Ibu dan Anak yang diklaim pertama di Indonesia, serta menyediakan Layanan Pusat Peraga IPTEK. Mengunjungi layanan perpustakaan tersebut, rasanya tidak kalah dengan perpustakaan modern lainnya.

Dalam beberapa kesempatan di mana saya diajak berbagi sebagai fasilitator dalam kegiatan DPK Sulsel, saya menyimak saat ia memberikan sambutan dan memacu komitmen kepada para pengelola perpustakaan desa, perpustakaan lorong dan taman bacaan masyarakat di Sulsel melalui kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pengelola perpustakaan. Di antara pesan yang saya ingat, ketika ia menyatakan kebangaannya kepada para pegiat literasi yang terus bergerak memberikan layanan kepada masyarakat. Baginya pegiat literasi adalah orang-orang yang bekerja dengan luar biasa, dan semangat itulah yang menjadi motivasinya dalam mengembangkan perpustakaan di Sulsel. Apresiasi Moh. Hasan terhadap penggiat literasi tidak hanya dalam bentuk pernyataan, tetapi juga dalam pelibatan para pegiat literasi, sama halnya dengan para seniman, budayawan, penulis dan akademisi di berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh DPK Sulsel.

Menurut saya, salah satu kekuatan beliau ialah menaruh simpati atas kerja dan perjuangan para pegiat literasi, dan hal itulah yang mampu ia komunikasikan dalam beberapa pidato persuasifnya. Kemampuannya dalam menarik perhatian para pegiat literasi dan memengaruhi hingga mengajak pendengarnya, terbukti membangkitkan gairah dan kepercayan diri para pengelola perpustakaan untuk mengembangkan perpustakaan. Ia terus meyakinkan para pegiat literasi, perannya begitu penting.

Saya merasakan betul aura positif yang dibawa oleh Moh. Hasan, khususnya ketika pada tahun 2019 saya diutus mewakili provinsi Sulawesi Selatan dalam kegiatan Lomba Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat Nasional. Pada saat pembekalan, bimbingan dan arahannya memberikan suntikan kepada saya untuk bisa tampil lebih percaya diri dan menyuguhkan yang terbaik di Jakarta. Ia menceritakan dirinya bahwa pernah mengikuti ajang yang kurang lebih sama dan ia menjadi pemenang kedua. Dari gaya komunikasi dan juga public speaking yang beberapa kali saya ikuti, hal itu yang menambah “trust” kepadanya. Meskipun sepulang dari lomba itu saya melaporkan hasil terbaik yang bisa saya persembahkan untuk Sulsel hanyalah pada Juara Harapan II, ia tetap memberikan apresiasi atas raihan tersebut.

Sebenarnya, spirit untuk melakukan perubahan dari Moh. Hasan, pertama kali saya saksikan ketika ia baru saja dilantik dari pejabat pelaksana tugas (Plt) Kadis DPK, pada Diklat Penulisan Karya Ilmiah Angkatan II Tahun 2019 yang diadakan Perpustakaan Nasional bekerjasama dengan DPK Provinsi Sulsel. Di situ, ia menyatakan tekadnya dan siap untuk membangun perpustakaan di Sulsel. Lalu pada tahun 2020, saat menyambangi Enrekang, di Aula Dispustaka Enrekang ia mengajak perpustakaan kabupaten/kota untuk bersinergi dan menjadikan tahun tersebut sebagai tahun kinerja. Dan sekali lagi, tak hanya kata, ia membuktikan kinerja lembaga yang ia pimpin dengan penghargaan yang diraih secara berturut-turut pada tahun 2019, 2020, 2021, 2022 melalui Tim Sinergi Terbaik dalam Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang dilaksanakan Perpustakaan Nasional.

Salah satu indikator capaian keberhasilan dari Tim Sinergi Terbaik tersebut, karena DPK Sulsel berhasil melakukan replikasi mandiri program TPBIS melalui APBD Provinsi Sulsel dengan menyasar ke Perpustakaan Desa, Perpustakaan Komunitas, Masjid hingga Lorong di 24 Kabupaten/Kota. Tercatat hingga tahun 2022 sebanyak 316 Perpustakaan yang telah direplikasi dengan perangkat stimulan yang diberikan untuk pengembangan perpustakaan berupa buku siap layan, rak buku, komputer, smart TV dan lain-lain. Berdasarkan data yang disampaikan PIC dan Fasilitator Daerah DPK Sulsel, Nazaruddin bahwa pada tahun 2023 akan direncanakan lagi 110 perpustakaan yang akan direplikasi. Keberhasilan dari replikasi mandiri ini, tak lepas dari peran Moh Hasan selaku Kadis DPK yang giat melakukan advokasi dan komunikasi kepada Gubernur dan DPRD Komisi E. Dari advokasi tersebut, terbitlah peraturan gubernur terkait program TPBIS dan saat ini sedang berlangsung proses untuk Rancangan Peraturan Daerah terkait Transformasi Perpustakaan.

Dari sini saya belajar banyak, komitmen seorang pemimpin merupakan kunci keberhasilan dan menjadi kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan. Tak banyak orang yang mampu menunjukkan komitmen serupa. Saya salut, ia menjadikan OPD Dinas Perpustakaan menjadi bergengsi dengan kinerjanya.

Tentu masih banyak hal baik yang sebenarnya telah dilakukannya dan perlu diteruskan oleh pemimpin berikutnya seperti pemberian apresiasi/reward bagi pustakawan atau pegawai terbaik setiap tahunnya. Bahkan pernah saya mendengarkan bahwa bagi pustakawan Sulsel, akan diberi kesempatan untuk magang atau belajar ke luar negeri, kalau tidak salah pada saat itu katanya di Jepang. Tentu hal itu sangat positif bila dilakukan, tidak hanya untuk saat ini, mungkin untuk tahun-tahun berikutnya oleh pejabat ke depannya. Agar para pustakawan di Sulsel mendapatkan pengalaman baru yang dapat dipraktikkan di daerah.

Satu lagi, barangkali momen Gempur Pustaka yang dilaksanakan pada akhir desember kemarin di Tana Luwu menjadi momen yang mengandung pesan agar Sulsel terus bersinergi dan meneruskan spirit dan komitmen transformasi yang telah dibuka oleh Moh. Hasan. Terima kasih untuk Pak Moh. Hasan atas konstribusinya bagi pengembangan literasi dan perpustakaan di Sulsel. Tetap berkarya dan sehat selalu.