Seperti Ikan Tanpa Air, Kejarlah Pig Hingga ke Hutan



Pernahkah kamu membayangkan bagaimana susahnya tidak punya rumah. Atau bagaimana rindunya kamu kembali ke rumah setelah bekerja keras pada siang hari. Kira-kira, apakah seekor babi bernama Pig akan merasakan yang sama?

Mari sejenak meluangkan waktu melihat mereka yang suka mengejar Pig. Juga supaya kamu mulai tahu bahwa Pig itu hama (yang mahal harganya) dan karena itulah hama itu dibasmi dalam sebuah program pertanian.

Jangan salah, kalau nyamuk bisa menguntungkan, misalnya bagi industri asap pengusir nyamuk, Pig pun demikian. Tapi siapa yang diuntungkan, yah boleh jadi tetanggamu yang senang makan dagingnya dalam bakso.

Enak saja. Tunggu dulu Ambe, tapi kan kebunmu akan bebas dari gangguannya.

Maaf yah, Pig di sini bukan musuh agama. Musuh manusia? Eh bukan, musuh tanaman.

Jadi kamu mau bilang yang aku konsumsi tanpa tahu-menahu di snack-snack ini musuhmu?

Bayangkanlah kalau Si Gundul sedang menggaruk kepalanya sendiri, anggaplah dia sedang rindu mencari kutu. Sebagai pelampiasan, ia menjambat kepala tetangganya yang kebetulan berambut lebat, dibasmilah kutu dengan himpitan ketukan dua ujung kuku. Nah, ini loh maksudnya, Pig yang kamu kejar di kawasan orang itu tidak menganggu kebun tetanggamu. Sebab kamu hanya rindu mengejar Pig hingga ke hutan.

Apa sih hutan tanpa aneka ragam makhluk? Atau kamu mau ngotot hutan itu hanya pohon-pohon yang tinggi. Lalu kamu mulai bilang isu lingkungan hidup itu hanya tanaman, bersih-bersih sampah. Kamu tidak mengganggap hutan itu lingkungan hidup? Dan apalah hutan tanpa Pig, kawan!

Kamu mungkin tahu juga pohon enau yang aku sadap setiap hari ini tidak terjangkau dari Pig. Atau kamu sedang mengharapkan aku tanam ubi kayu, lalu kita sama-sama punya alasan. Tidak mungkinlah kawan, kampungku bisa membuat baje yang nikmat jika tak ada lagi yang bergantung di pohon-pohon enau itu.

Saya tahu kamu bilang hewan seperti Pig itu cepat berkembang biak. Tapi kamu juga belum tahu berapa banyak pemangsanya yang diam-diam merana. Atau maklumi, sebagai orang biasa yang tak punya kepentingan sejarah, kita tak usah memikirkan hal itu, seperti anoa yang mulai dicari-cari jejaknya.

Tunggu, apakah kamu sejauh ini memahami maksud saya? Kalau semua yang saya tulis ini menurut kamu haram atau sensitif. Mohon maaf, saya tidak akan melanjutkan lagi. Insya Allah besok, saya akan kembali ambil tombak dan memakai baju hijau-kuning andalanku yang mulai kusam tulisannya: “par..angan”

Tengah (di) hutan, Januari 2020.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *