Menawarkan Koperasi Buku ke Pembaca



Sebagian orang rupanya mengganggap harga buku tidak murah. Boleh dibilang harga buku saat ini rata-rata di atas Rp. 50.000. Untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, harga buku cukup memangkas uang jajanan mereka.

Ibaratnya kalau perokok aktif, harga buku sebanding dengan 2 atau 3 bungkus rokok. Dan jika dibayangkan pembaca aktif sekalipun, mungkin sangat sedikit yang tiap pekan membeli buku. Berbeda dengan perokok yang hampir sehari atau dua hari saja rokoknya habis. Dan ia tak akan berhenti membeli.

Pembaca aktif sebenarnya, tidak harus membeli buku, sebab sudah ada perpustakaan dan akses baca yang gratis. Hanya saja memiliki buku rupanya juga masih tinggi. Ada rasa yang berbeda, saat membeli buku lalu dikoleksi secara pribadi. Juga sering membentuk perpustakaan di rumah, yang sekaligus simbol intelektual seseorang.

Ketika pembaca misalnya memiliki perpustakaan yang merupakan koleksi pribadi, tentunya akan membuka kesempatan baru untuk orang lain. Sepanjang ia membukanya untuk umum. Ruang baca pun bertambah. Walaupun jumlahnya tidak banyak, hanya kalangan tertentu saja yang sanggup.

Nah, soal ini tentunya berbicara materi yang dipunyai. Tak harus kaya sih untuk bisa jadi kolektor-pembaca buku. Namun uang harus ada. Jika beruntung, mungkin sekali waktu dapat door prize buku di event atau kuis yang terselenggara. Kalau yang berdasarkan selera, nah itu dia yang harus jadi target pembelian.

Lalu berbicara beli buku, saya sebenarnya punya ide untuk orang-orang yang rutin membeli buku, namun masih terkendala finansial. Ide ini saya istilahkan koperasi buku. Sebagian orang pasti sudah tahu bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Pengoperasiannya dikerjakan bersama atau kerjasama (co-operation).

Nah, koperasi buku bisa dibilangkan sebagai usaha bersama untuk memiliki buku. Jadi setiap anggotanya akan mendapatkan buku yang diminati dengan modal yang dikelola bersama. Konsep ini tak jauh berbeda dengan jenis koperasi lainnya. Yang berbeda adalah buku-buku yang ditawarkan lebih diprioritaskan yang terbaru dan best seller. Adapun buku yang bermutu dan diinginkan, bisa direkomendasikan anggota koperasi.

Pemilihan buku terbaru diutamakan sebab tidak setiap bulan perpustakaan melakukan pengadaan. Ada sih, tapi triwulan sekali. Karenanya koperasi buku harus melakukan hunting buku yang baru terbit (perdana) di bulan tersebut.

Konsep ini tidak sebatas memfasilitasi jual beli. Karena anggotanya diikat oleh aturan agar setelah membeli buku, ia akan melakukan review dan menjadi pembahas di forum diskusi yang diselenggarakan setiap jumat oleh Perpustakaan Umum Kabupaten Enrekang. Di samping itu, bacaan yang terbaru bisa secara aktual diketahui dan dibaca oleh pembaca-pemustaka Enrekang.

Anggotanya bisa berjumlah 10-20 orang. Nantinya koperasi buku akan dikelola oleh Perpustakaan Umum Kabupaten Enrekang. Maka ketika pembaca mampu menghasilkan ulasan buku, tulisannya akan diterbitkan melalui www.dipustaka.com.

Ide ini semacam penawaran yang dapat dikembangkan dengan beragam model. Tujuan utamanya memudahkan orang mengakses bacaan terbaru. Akan menarik juga bila nantinya koperasi buku memiliki tempat beraktivitas (jual beli). Contoh, bisa bertempat di halaman perpustakaan yang dekat dari gerobak kopi. Atau juga halaman dekat pos ojek dishub.

Dan sekali lagi, karena namanya koperasi, konsepnya harus dirintis bersama. Mungkin bisa dikerjasamakan setelah Anda membaca artikel ini.

2 thoughts on “Menawarkan Koperasi Buku ke Pembaca”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *