Di era multimedia, kesempatan untuk menyerap pengetahuan dapat diperoleh dalam beragam saluran. Salah satu format media yang paling banyak diakses ialah video. Atau yang lebih hits saat ini yaitu Youtube. Orang dengan mudah menemukan tayangan apa saja di media itu.
Serupa dengan google, di youtube kita bisa menelusuri banyak informasi yang membantu untuk pembelajaran. Jadi saat membaca tak sempat dilakukan, menonton pun jadi alternatif menyerap pengetahuan. Lewat youtube ternyata banyak sekali tutorial yang bisa dipraktikkan.
Bertambahnya jumlah pengguna smartphone dan media sosial jelas berpengaruh pada peningkatan tayangan video di youtube. Setiap orang saat ini bahkan bisa memerankan dua hal sekaligus: produsen dan konsumen (prosumen) video. Akses yang terbuka ini akhirnya memberi jalan bagi banyak orang untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Bahkan video pun menjadi media merayakan kedirian (selfie) secara rutin lewat aktivitas video blog (vlog).
Geliat membuat video blog (vlog) memang tampak mudah dan meriah. Hanya dengan smartphone video pun bisa jadi. Banyak anak muda di Enrekang akhirnya aktif membuat vlog. Mereka punya channel youtube yang terbilang kreatif dan menghibur. Di antaranya sudah ada yang mendapatkan penghasilan dari youtube. Jadi selain bisa berbagi informasi, juga bisa menambah uang saku.
Aktivitas berbagi lewat video di era saat ini memang sudah jadi ciri abad millineal. Makanya ada yang bilang era disrupsi adalah eranya berbagi pengetahuan, berbagi ekonomi, dan berbagi kebaikan. Banyak individu maupun organisasi pun berusaha beradaptasi dengan transformasi tersebut.
Jika melihat tren saat ini, sudah banyak instansi yang memiliki channel resmi. Perpustakaan Nasional misalnya, telah memanfaatkan youtube untuk merekam langsung kegiatan seminar, diskusi, pertemuan ilmiah, dan kegiatan lainnya. Termasuk juga di media sosialnya, seperti facebook dan instagram, kita dapat menyaksikan siaran langsung. Jadi tak harus ke sana dengan budget yang lumayan, sebab sudah mendapatkan pengetahuan hanya dari video.
Hal ini tentunya juga dapat diikuti oleh Dispustaka Enrekang yang sebenarnya sudah membuat channel dari tahun lalu. Bahkan di halaman facebook yang dimiliki juga beberapa kali menampilkan siaran langsung kegiatan. Ada juga seorang pegawai Dispustaka Enrekang sedang giat dengan channel youtubenya, yang banyak mengambil latar perpustakaan dan membahas seputar literasi dan sastra. Karena itu, sebenarnya Dispustaka bisa aktif mengelola channel. Tinggal mengupayakan tayangan yang berkualitas dan menarik.
Selain itu, penggunaan video untuk promosi perpustakaan akan menarik perhatian yang luas. Untuk itu, jika memungkinkan dapat dipersiapkan, mulai dari narasi hingga jadi video.
Saya sudah merasakan sendiri keuntungan menonton video kegiatan yang ditayangkan secara full. Sering sekali saya memutar sebuah video, lalu mendengarkan kontennya sambil melakukan entri koleksi. Pastinya sesekali saya melihat visualnya. Yah seperti pepatah sambil menyelam minum air. Begitulah era multimedia, semua bisa dilakukan secara multitasking.