Akhir tahun 2018, ada liburan yang cukup untuk bersantai sekaligus memberi kesempatan membuka buku. Selama 4 hari ini, ada godaan sebenarnya. Di satu sisi terdapat event yang menarik untuk disambangi, walau rasanya ingin menghabiskan waktu di rumah dengan membaca. Jika dipikir sih, setiap pilihan punya kesempatan yang baik. Dan setelah dipertimbangkan, saya pun memutuskan untuk berdiam di rumah.
Sebuah buku berjudul Hector and The Search for Happiness menjadi teman saya liburan kali ini. Tanpa rencana sebetulnya, buku ini seakan menarik perhatian saya untuk membukanya.
Pastinya saya pun berusaha tidak mengambil bacaan yang menguras untuk berpikir serius, mengingat dua minggu terakhir saya cukup banyak mengeluarkan energi yang rasanya menegangkan otot dan otak. Mungkin saja membaca bukan resep yang sebenarnya untuk keluar dari suasana seperti itu. Tapi saya pun terlanjur percaya (sekaligus tuntutan) membaca juga adalah rekreasi. Bukan begitu?
Paling tidak buku yang saya baca memang bisa memberikan saya kenyamanan. Tidak harus tuntas. Beberapa halaman pun saya rasa cukup. Kebahagiaan itu kan tak harus dituntaskan sekali liburan. Apalagi buku yang kubaca ini sedang mengajak mencari kebahagian. Jadi sepertinya kebahagiaan itu juga bisa ditemukan dalam setiap halaman. Jika halamannya menyuguhkan setiap bahagia, kan tak perlu terburu-buru menuntaskan bacaan.
Boleh jadi halaman yang saya baca adalah kebahagian yang sejati. Memang tak harus berada di halaman itu terus, karena kita harus melangkah. Hector bilang “banyak orang yang melihat kebahagiaan hanya berada di masa depan”. Resep ini juga bisa menjadi pembenaran jika waktumu tak cukup banyak untuk membaca. Bahkan adakalanya kita sepanjang waktu memang tidak membaca, walaupun berada di perpustakaan sepanjang hari.
Saya pun sebenarnya berusaha menuliskan hal ini dengan cara yang agak rileks. Berusaha untuk tidak terlalu serius. Walaupun memang tak disangkal menulis cara kerjanya tak sesantai membaca. Sebisa mungkin saya tak mengambil jeda yang cukup panjang untuk memikirkan apa yang akan saya tuangkan. Saya berusaha mengalirkan semua yang saya rasakan dan ketahui.
Saya mengambil kutipan dengan acak, lalu mencari kalimat Hector yang paling relevan untuk saya tuliskan. Tapi sesungguhnya ini justru akan menyita konsentrasi. Maka satu cara yang kulakukan adalah membatasi diri dengan menyelesaikan tulisan ini dengan kutipan yang tak jauh dari kutipan sebelumnya.
“Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan itu berasal dari kemampuan mendapatkan kekuasaan lebih besar atau yang lebih banyak”.