Aksi Literasi ala Mediumnya



Pengantar Bincang Refleksi Literasi 2017

Pesona literasi kian menjalar ke berbagai ruang. Di berbagai tempat hari ini, termasuk di Enrekang, Literasi disemai dalam aksi yang khas atau ala mediumnya. Praktik yang unik ini ibaratnya mengintegrasikan wacana literasi dengan suatu konteks. Satu passion yang sepanjang tahun ini nampak di Enrekang, ialah spirit mengusung literasi dalam geliat perkopian.

Perjumpaan kopi dan literasi memang seolah romantis. Ia bagaikan pasangan selebritis yang setia dan kisahnya kembali diputar secara kekinian. Kisah mereka seakan episode baru dari narasi lampau yang mengidentikkan kopi sebagai kawan yang serius kala menulis, merebut ruang demokratis, dan candu bagi penyair dan cendekiawan. Karenanya, kopi telah melintasi zaman dan setia hingga zaman now.

Di Enrekang, perkopian menjadi daya tarik baru dan mendorong banyak orang menyusuri akar-akarnya. Generasi terbaru pun terhipnotis menyambangi warung-warung kopi sederhana yang menyuguhkan kopi specialty (lokal). Dengan kopi, orang-orang mulai semarak berkunjung ke perkebunan kopi, melihat proses pasca panen, hingga membicarakannya dalam banyak aspek.

Misalnya yang difasilitasi Galeri Macca lewat Trip Nating-Angin-angin sebagai perjalanan wisata kopi dan literasi. Alhasil, telah membuat penasaran banyak orang (pun netizen) tentang istilah literasi, disela-sela mengikuti perjalanan. Disamping kopi dan literasi turut menautkan interaksi berbagai komunitas.

Juga dengan hadirnya beberapa coffee shop yang menyajikan buku sebagai menu alternatif. Diantaranya, Café Macca (kini Gila Kopi) menebar buku secara acak, Kedai Kopi Majao yang kini punya Taman Baca Mareka, Tjora Aksara yang penghuninya juga bergiat kopi, dan yang terbaru Rumah Galeri Macca yang datang dengan konsep toko buku dan titip kopi asli Massenrempulu.

Pertautan kopi dan buku tersebut turut menegaskan bahwa literasi tak cukup hadir di ruang yang identik dengannya. Kalau dulu misalnya perpustakaan adalah literasi itu sendiri, kini seiring dengan istilah literasi yang dimaknai secara luas, maka praktik literasi pun bergerak secara out of the books.

Bersambung…🤣🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *