Bacalah!

Bacalah! Seruan yang menyilaukan, yang kadang tak mampu untuk ditembus. Sinarnya bagai pancaran tanya, jika Anda tak tekun melatih mata anda menatapnya, maka ia sungguh memerihkan.

Aksara memang bukan pusat, aksara bukan segalanya, tetapi ia medium yang setia mengikat makna, dan menemani menembus hikmah. Aksara adalah sebilah takdir kehidupan.

Seumpana tafsir Nurcholish Madjid pada firman Allah, “Wahai masyarakat jin dan manusia! Kalau kamu mampu menembus pada sekalian langit dan bumi, maka tembuslah! Namun kamu tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q 55:33). Maka kekuatan itu adalah efek seruan Bacalah!, yakni pengetahuan

Tafsir pada Bacalah! bukan sesungguhnya semata aksara, tetapi makna yang diperantarai oleh aksara, oleh apapun medium terkini yang prinsipnya menyampaikan pengetahuan.

Bacalah! Ialah hal yang mengumamkan dirinya sebagai suatu yang hidup dan misterius. Ia lalu mengikatkan dirinya pada Sang Pencipta. Bukannya hendak berdiri otonom, semua karena tersebut-Nya.

Bacalah! Juga adalah diri kita yang berbicara esensi, senantiasa disertai penggalian. Bukan sebagai tuntutan, tetapi sebagai pertanyaan sekaligus jawaban. Ia menjadi arah Muara atas nama dirinya. Mustahillah bila pembaca terpeleset, kesasar, atau menjadi ateis.

Bacalah! Isyarat untuk bergulat pada refleksi untuk aksi. Di setiap gerak ke segala penjuru mata angin, selalu membayang bak prasyarat. Nanti kita akan tahu, siapa yang tunai membaca. Karena Bacalah! simbol daya yang simultan; pikir dan gerak.

Bacalah! adalah salam. Salam dari representasi alam, alamat berpulang, dan keselamatan. Anggaplah engkau sedang membalas salamnya, maka kamu pun akan menyelami kalam itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *