Para Bibliofil Memperlakukan Buku



“Buku mengubah takdir hidup orang-orang”

Buku bisa menjadi tragedi bagi manusia. Kematian Bu Dosen Blauma Lennon, yang tewas ditabrak mobil setelah membeli buku lawas Poems karya Emily Dickinson di Soho, adalah kisah yang menharukan. Blauma menjadi korban buku. Begitu kalimat prolog buku tipis (76 halaman) berjudul Rumah Kertas karya Carlos Maria Domingues (2016). Sebuah buku yang menunjukkan para pecinta buku dalam memperlakukan buku.

Penyebab kematian Blauma memang didebatkan di Universitas Cambridge. Hal itu terjadi setelah Profesor Robert Laurel berpidato. “Bluma membaktikan hidupnya pada sastra, tanpa pernah membayangkan bahwa sastralah yang akan merenggutnya dari dunia ini” (hlm 2). Demikian kalimat Profesor Robert yang menimbulkan kontroversial. Yang menentang pidato itu, ada yang bilang “Bluma mati gara-gara mobil, bukan gara-gara puisi”. Hingga perdebatan meluas ke seluruh penjuru universitas.

Kematian Blauma menjadi misteri. Saat koleganya, yang kelak menggantikan Bluma mengajarkan mata kuliahnya, menerima kiriman buku yang ditujukan kepada Bluma. Buku itu terlambat sampai dihadapan Bluma, yang telah menyatu dengan tanah. Dari sana rekannya kemudian menelusuri asal buku itu dikirim dan mencari Carlos Brauer (pengirimnya). Memeriksa semua berkas kunjungan Bluma pada acara konferensi penulis. Hingga memperoleh informasi dari penulis Uruguay yang menjadi pembicara dalam acara konferensi di Monterey. Selanjutnya, tersebutlah nama Carlos Brauer, seorang bibliofil (penggila buku) yang datang sebagai pendengar pada konferensi itu. Tenyata Blauma pernah pergi bersama Carlos Brauer menghabiskan malam.

Nantinya, ia (rekan Blauma) pergi menjumpai Jorge Dinarli, pemilik toko buku lawas, yang mengenal Carlos. Dinarli lalu bercerita sedikit tentang Carlos kepadanya. Yang selanjutnya mengarahkan ke Agustin Delgado. Delgado berhasil ditemui di Perpustakaan Pribadinya. Disana Delgado banyak menceritakan sosok Carlos Brauer. Delgado tahu betul bagaimana Carlos Braeuer memperlakukan buku-buku seperti menjalin kekerabatan. Delgado memandang Brauer lebih mirip penakluk ketimbang pengelana. Seseorang bisa menaklukkan banyak buku, tapi si penakluk kemudian sadar bahwa ia harus menata apa yang ditaklukkannya” (hlm.37). Itulah yang menjadi tantangan Brauer dalam mengurusi perpustakaan pribadinya.

Carlos Brauer merupakan sosok yang unik. Ia penggila buku yang tak pernah surut mengikuti nafsu untuk memiliki buku. Rumahnya dipenuhi buku-buku disetiap sudut, bahkan menjalar sampai di kamar mandi. Mengumpulkan berbagai buku sastra dunia dari abad ke 19 dari toko-toko buku dan pelelangan. Membuat sistem indeks tematik, klasifikasi, bibliografi, membaca buku abad 19 dengan diterangi cahaya lilin, hingga membuat figur dari susunan buku yang meyerupai manusia. Hidupnya diabdikan bersama buku. Namun suatu hari ia mendapati sistem indeksnya terbakar. Saat itu dirinya seakan hancur.

Berselang beberapa waktu, Brauer justru menjual rumahnya karena istrinya meminta uang dikembalikan. Ia pun berpindah jauh ketempat yang sulit diakses. Dan anehnya ia memilih membangun rumah buku di antara pantai dan tasik di Rocha. Memboyong seluruh bukunya kesana dengan gerobak-gerobak. Namun yang tak terduga ialah mendirikan rumah kertas, yang dindingnya adalah buku-buku yang telah direkat bersama semen. Seorang kuli yang disewanya mengerjakan semua itu sesuai perintah Brauer. “Buku-buku adalah rumahku” (hlm. 54).

Namun suatu ketika, Braeur melubangi dinding itu, yang kata seorang anak, ia sedang mencari buku. Satu buku yang dicari dengan susah payah mengakibatkan lubang-lubang seperti saringan. Hingga rumahnya miring dan susah untuk ditegakkan lagi. Nasibnya, ia memilih menghancurkan rumah kertas itu, dan pergi meninggalkan Rocha. Dikemudian hari, rekannya menemukan salinan surat Bluma yang meminta buku yang diberikan kepada Carlos dikembalikan.

Carlos Maria Domingues menuntun kita melihat kisah tentang pengaruh buku yang mengubah takdir hidup orang-orang. Buku tipis yang bergizi dan membawa kita ikut berkenala. Ia membicarakan buku lebih dari sekedar objek. Buku ini mampu memanggil kita untuk berkali-kali (kembali) meresapi kalimat-kalimatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *