(Refleksi Peringatan Hari Buku Nasional 17 Mei 2013)
Buku merupakan bacaan yang telah banyak menginspirasi manusia di dunia ini. Di Indonesia pernah lahir seorang sosok pemimpin bangsa yang wacananya banyak terinspirasi dari membaca buku seperti Soekarno, Muh. Hatta, sampai pada Bj. Habibie. Selain itu buku juga menjadi alat untuk membangun pondasi pemikiran masyarakat yang memiliki wawasan dan pengetahuan.
Hadirnya buku sebagai simbol peradaban manusia sangat dirasakan manfaatnya saat ini. Dengan buku manusia dapat memahami kehidupan dari masa ke masa sebagai pelestari buah pikiran penulis atau pengarang. Maka wajar ketika Rene Descartes pernah mengatakan membaca buku bagus seperti bercakap-cakap dengan orang-orang hebat dari abad-abad terdahulu.
Saat ini buku semakin banyak di pasaran dan cukup mudah didapatkan. Meskipun buku telah banyak di jual dipasaran seperti di toko buku atau mall, akan tetapi harga buku belum mengjangkau kelas sosial bawah sehingga buku masih dianggap mahal. Apalagi kebanyakan penerbit buku masih beriorentasi pada laba. Disisi lain peminat buku, datang dari kelas sosial akademis yang diperlukan untuk kepentingan akademik, jadi seakan-akan buku hanya menjadi benda milik kalangan akademis.
Selain, itu laju perkembangan buku belum di iringi dengan tingginya minat baca masyarakat. Padahal koleksi buku saat ini sudah sangat beragam, dan dapat ditemukan di pepustakaan atau di Taman bacaan Mayarakat (TBM). Melihat realitas yang ada, perpustakaan-perpustakaan yang ada di daerah masih sangat rendah pengunjungnya. Selain masyarakat memang masih rendah minat bacanya, juga ada beberapa faktor yang menyebabkan sehingga masyarakat malas berkunjung ke perpustakaan atau taman bacaan masyarakat diantaranya adanya kecenderungan masyarakat mengisi waktunya dengan menonton, aktivitas masyarakat biasanya terfokus pada kebutuhan materi atau sibuk dengan pekerjaannya, adanya rasa jenuh ketika membaca di perpustakaan, dan banyak lagi alasan lain yang membuat orang malas memasuki perpustakaan.
Perpustakaan merupakan tempat mendapatkan informasi atau pengetahuan yang gratis dan tidak membedakan identitas atau golongan jadi siapapun orang tersebut baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum. Sehingga Perpustakaan menjadi alternatif bagi orang-orang yang tidak bisa membeli buku karena mahal. Akan tetapi perpustakaan hari ini lebih di dominasi oleh pelajar dan mahasiswa, untuk masyarakat umum sangat lah kurang. Sehingga kesan yang muncul adalah perpustakaan hanya di kunjungi oleh kalangan akademis saja. Kesan tersebut juga memberi gambaran perpustakaan yang seyogyanya menjadi tempat membaca semua kelas sosial, kini hanya dikunjungi oleh kelas sosial akademis. Padahal perpustakaan di harapkan juga menjadikan pendidikan non formal sehingga bagi kelas sosial bawah yang tidak mampu untuk bersekolah sekiranya bisa mendapatkan pendidikan melalui perpustakaan.
Charles William Elliot bahkan pernah mengatakan bahwa orang bisa memperoleh pendidikan kelas atas dari rak buku sepanjang lima kaki. Namun dewasa ini, pelajar dan mahasiswa kini mulai tergerus oleh dunia maya seperti facebook atau twitter atau bahkan karena adanya kecenderungan kearah hedonis karena gaya hidup yang semakin modern dan westernisasi. Buku yang semestinya menjadi bahan untuk belajar kini tidak lagi dianggap penting, sehingga kadang perpustakaan sekolah atau perguruan tinggi sepi dari pemustaka.
Memperingati hari buku nasional pada 17 mei 2013 yang juga merupakan HUT Perpustakaan Nasional ke 33 sekiranya dapat menjadi renungan bersama seluruh masyarakat Indonesia bahwa buku dan perpustakaan adalah salah satu unsur yang dapat membangun SDM yang maju. Sudah saatnya kita bersama-sama memberikan dorongan kepada masyarakat untuk gemar membaca buku dan berkunjung di perpustakaan sebagai langkah menuju kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Sekali lagi, buku dan perpustakaan harus menjadi milik siapapun yang ingin memanfaatkannya. Bukan untuk kalangan akademis dan elit semata, tapi juga untuk kalangan sosial bawah. Semoga saja ada orang-orang yang berani berbicara seperti Thomas B. Macaulay, Biarlah saya jadi orang miskin, tinggal di gubuk tapi punya buku banyak dari pada jadi raja tapi tak suka membaca.